Cinta tidak dapat didefinisikan dengan kata – kata. Manusia hanya bisa
memahami dengan mengalami dan merasakannya. Merasakan kekuatannya yang
maha dahsyat. Kekuatan yang mampu membuka yang tertutup, mengubah gelap
menjadi terang, duka menjadi suka, sedih menjadi senang dan sengsara
menjadi bahagia. Saya sungguh terkesan dengan beberapa kisah yang
menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan cinta. Baik itu cinta seseorang
kepada pekerjaannya, kepada kotanya, kepada pasangannya, kepada
keluarganya, kepada sesama manusia yang muaranya adalah satu; Cinta
kepada Tuhan. Saya coba merangkum dari beberapa sumber :
- Di Jepang, ada kisah seekor kadal yang tak bisa kemana – mana selama lebih dari 10 tahun. Dia terperangkap di sebuah ruang kosong diantara dinding karena salah satu kakinya tertusuk paku yang menancap saat rumah itu dibuat. Dia tetap hidup karena si kadal lain, pasangannya, dengan kekuatan cintanya selalu datang tiap hari untuk membawakan makanan. Akhirnya ada manusia yang menemukannya saat mau merenovasi rumah dan melepaskan kadal tersebut.
- Kisah Pak Sariban, yang begitu mencintai kota Bandung sehingga setiap pagi rela bersepeda mengelilingi kota, membersihkan sampah dan mencabuti paku – paku di pohon. Meski banyak yang mencibir dan mengolok-olok sebagai orang kurang waras, kekuatan cinta tidak membuat beliau surut.
- Anda mengenal David Lloyd George, salah seorang perdana menteri Inggris tahun 1916 - 1922? Saat beliau masih bayi, Ibunya rela mengorbankan nyawa demi dirinya. Mereka terperangkap di tengah badai salju di Wales, pada akhir tahun 1863. Sang Ibu menanggalkan baju mantel untuk membungkus si bayi agar tidak kedinginan. Kemudian dengan badannya, dia melindungi si bayi dari serangan salju sehingga saat badai berlalu, si bayi selamat meski sang ibu tewas kaku kedinginan.
- Kisah Bethania Eden, yang memilih tetap menikahi kekasihnya yang selamat dari kecelakaan pesawat sekalipun mengalami luka bakar yang serius. Meski secara fisik wajah kekasihnya berubah menjadi menakutkan, ngga ada kuping, ngga punya kelopak mata, cuping hidung tinggal sebelah. Toh kekuatan cinta mampu membuka mata hati mbak Bethania untuk tetap memegang komitmen untuk menikah.
- Kekuatan cinta seorang bapak dari Ronny Pattinasarani, mantan bintang sepakbola nasional, yang rela mengorbankan segalanya, harta, waktu bahkan pekerjaan demi mengentaskan dua anaknya dari kecanduan narkoba.
- Siapa yang tidak mengenal Bunda Teresha. Cintanya kepada Tuhan diwujudkan secara horizontal dengan menolong umat manusia yang menderita di Calcutta. Ketika ada yang pesimis karena tidak tersedianya peralatan medis yang memadai, beliau berkata,” Saya akan merawat mereka dengan cinta kasih.”
Masih banyak lagi kisah - kisah tentang dahsyatnya kekuatan cinta sejati. Cinta yang murni, tidak terkotori oleh ego, ambisi, pandangan sempit dan kepentingan pribadi. Cinta yang mampu menggugah hati, menuntun langkah, menggerakkan tangan untuk melakukan sesuatu dengan tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan balasan. Anda tentunya pernah mengalami juga bukan? Berbagilah!
Saya bermimpi para pemegang kekuasaan di negeri ini mau membuat kebijakan berdasarkan cinta sejati kepada rakyat, bukan ‘cinta semu’ kepada harta, jabatan dan kepentingan politik. Mungkin negeri ini bisa lebih Toto tentrem Kerto Raharjo. Bukan seperti sekarang ini, dimana sudah 62 tahun (mengaku) merdeka namun rakyat masih menjerit akibat kenaikan harga bahan pokok seperti terigu dan kedelai.
- Di Jepang, ada kisah seekor kadal yang tak bisa kemana – mana selama lebih dari 10 tahun. Dia terperangkap di sebuah ruang kosong diantara dinding karena salah satu kakinya tertusuk paku yang menancap saat rumah itu dibuat. Dia tetap hidup karena si kadal lain, pasangannya, dengan kekuatan cintanya selalu datang tiap hari untuk membawakan makanan. Akhirnya ada manusia yang menemukannya saat mau merenovasi rumah dan melepaskan kadal tersebut.
- Kisah Pak Sariban, yang begitu mencintai kota Bandung sehingga setiap pagi rela bersepeda mengelilingi kota, membersihkan sampah dan mencabuti paku – paku di pohon. Meski banyak yang mencibir dan mengolok-olok sebagai orang kurang waras, kekuatan cinta tidak membuat beliau surut.
- Anda mengenal David Lloyd George, salah seorang perdana menteri Inggris tahun 1916 - 1922? Saat beliau masih bayi, Ibunya rela mengorbankan nyawa demi dirinya. Mereka terperangkap di tengah badai salju di Wales, pada akhir tahun 1863. Sang Ibu menanggalkan baju mantel untuk membungkus si bayi agar tidak kedinginan. Kemudian dengan badannya, dia melindungi si bayi dari serangan salju sehingga saat badai berlalu, si bayi selamat meski sang ibu tewas kaku kedinginan.
- Kisah Bethania Eden, yang memilih tetap menikahi kekasihnya yang selamat dari kecelakaan pesawat sekalipun mengalami luka bakar yang serius. Meski secara fisik wajah kekasihnya berubah menjadi menakutkan, ngga ada kuping, ngga punya kelopak mata, cuping hidung tinggal sebelah. Toh kekuatan cinta mampu membuka mata hati mbak Bethania untuk tetap memegang komitmen untuk menikah.
- Kekuatan cinta seorang bapak dari Ronny Pattinasarani, mantan bintang sepakbola nasional, yang rela mengorbankan segalanya, harta, waktu bahkan pekerjaan demi mengentaskan dua anaknya dari kecanduan narkoba.
- Siapa yang tidak mengenal Bunda Teresha. Cintanya kepada Tuhan diwujudkan secara horizontal dengan menolong umat manusia yang menderita di Calcutta. Ketika ada yang pesimis karena tidak tersedianya peralatan medis yang memadai, beliau berkata,” Saya akan merawat mereka dengan cinta kasih.”
Masih banyak lagi kisah - kisah tentang dahsyatnya kekuatan cinta sejati. Cinta yang murni, tidak terkotori oleh ego, ambisi, pandangan sempit dan kepentingan pribadi. Cinta yang mampu menggugah hati, menuntun langkah, menggerakkan tangan untuk melakukan sesuatu dengan tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan balasan. Anda tentunya pernah mengalami juga bukan? Berbagilah!
Saya bermimpi para pemegang kekuasaan di negeri ini mau membuat kebijakan berdasarkan cinta sejati kepada rakyat, bukan ‘cinta semu’ kepada harta, jabatan dan kepentingan politik. Mungkin negeri ini bisa lebih Toto tentrem Kerto Raharjo. Bukan seperti sekarang ini, dimana sudah 62 tahun (mengaku) merdeka namun rakyat masih menjerit akibat kenaikan harga bahan pokok seperti terigu dan kedelai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar