Selasa, 15 Mei 2012

makalah tentang isim


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Pengertian Isim
كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلىَ مَعْنًى وَ لَمْ يَقْتَرِنْ بِزَمَنٍ .
Artinya : “Jenis kata yang mengandung makna yang tidak terikat dengan waktu
   (tenses)”.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ISIM adalah semua jenis kata benda atau segala sesuatu yang dikategorikan benda; baik benda mati maupun benda hidup, tanpa berkaitan dengan masalah waktu. Di sisi lain, ISIM (kata benda) ada yang bersifat konkrit (dapat dijangkau indera) dan ada pula yang bersifat abstrak (tidak dijangkau diindera).
2.2.      Ciri-Ciri Isim
Isim memiliki beberapa ciri, yaitu sebagai berikut:
1.      Berharokat kasroh atau kasrohtain : Jika suatu kata mempunyai akhiran kasroh, maka bisa dikatakan ia adalah isim.
Contoh :
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِْسْلاَمِ دِيْنًا
Kata yang di garis bawah (للهِ dan لإِْسْلاَمِ) di atas termasuk isim, dikarenakan akhiran katanya berupa harokat kasroh.
Tanwin : Jika suatu kata berakhiran tanwin, maka ia adalah isim.
Contoh :
ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِِّبَةً
Kata bergarisbawah (مَثَلاً كَلِمَةً طَيِِّبَةً) di atas merupakan isim, terlihat dari adanya tanwin pada akhirannya.
2.      Terdapat لا pada awal kata
Contoh :
المَلِكُ القُدُّوْسُ السَّلاَمُ
Kata yang bergaris bawah (keseluruhan kata) di atas merupakan isim, karena bergandengan dengan لا.
Perlu diketahui, jika suatu isim bergandengan dengan لا, maka isim tersebut tidak boleh di tanwin, begitu pula sebaliknya, sehingga isim tidak boleh kemasukan tanda لا dan tanwin pada satu kata, namun isim harus mempunyai salah satu dari kedua tanda di atas, baik itu لا saja atau tanwin saja.
3.      Terletak setelah huruf jer
Diantara huruf-huruf jer adalah : (مِنْ – إِلَى – عَنْ – عَلَى – فِي – رُبَّ – بِـ – كَا – لِـ.. )
مِنْ         : Dari         عَنْ        : Dari                                       بِـ          : Dengan
إِلَى        : Ke           لِـ           : Milik, Kepunyaan                 كَا          : Seperti
عَلَى       : Di atas     رُبَّ       : Betapa banyak, acapkali       فِي         : Di dalam
Contoh :
فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ
Dari contoh di atas, kata بَيْتٍ dan بُيُوْتِ , termasuk isim karena terletak setelah huruf jer.
  1. Idhofah (penyandaran) = Mudhof mudhof ‘ilaih : Jika terdapat dua kata yang bergandengan, dengan kata yang kedua mempunyai akhiran kasroh, maka kedua kata tersebut kemungkinan besar adalah isim.
Contoh :    كِتَابُ مُحَمَّدٍ          : Kitabnya Muhammad
دِيْنُ الإِسْلاَمِ          : Agama Islam
Kata pertama sebagai mudhof (yg disandarkan) dan kata kedua sebagai mudhof ilaih (yang menyandarkan). Kata yang kedua di atas adalah isim, karena idhofah, dan terlihat pada kata kedua mempunyai akhiran kasroh.
2.3.      Pembagian Isim
Isim terbagi oleh beberapa macam. Yaitu berdasarkan jenisnya, berdasarkan jumlah benda, berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak terdefinisi (umum) dan berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda) akhirnya.


  1. Isim Berdasarkan Jenisnya
 
Isim berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua bagian yaitu isim mudzakkar (laki-laki) dan isim muannats (perempuan), masing-masing bagian tersebut ada yang faktanya berjenis kelamin laki-laki (hakiki) dan perempuan (hakiki) dan ada yang hanya lafadznya saja, sedangkan faktanya sama sekali tidak diketahui jenis kelaminnya (benda). Mudzakkar hakiki dan muannats hakiki sangat mudah dibedakan dan tidak memerlukan ciri-ciri khusus, sedangkan yang lafdzi untuk membedakannya diperlukan ciri-ciri serta cakupannya.
A.     diakhiri dengan ta’ marbuthoh (ة) Ciri Muannats Lafdzi:
Contoh : النَّافِذَةُ ، المَدْرَسَةُ
Cakupan Muannats Lafdzi meliputi :
  • Alat tubuh yang berpasangan
Contoh: عَيْنٌ ، يَدٌّ ، أُذُنٌ ، رِجْلٌ
  • Benda yang tidak dapat dihitung
    Contoh: سَحَابٌ ، رِيْحٌ ، النَّارُ
  • Oleh orang Arab digolongkan muannats (sima’i)
    Contoh: النَّفْسُ ، السَّمَاءُ ، سُوْقٌ ، طَرِيْقٌ ، دَارٌ ، قَمَرٌ ، سَمْشٌ ، اَرْضٌ
  • Seluruh benda yang jumlahnya lebih dari dua satuan (jamak).
    Kaidahnya: كُلُّ جَمْعٍ مُؤَنَّثٌ (setiap jamak adalah muannats)
Contoh: اَبْوَابٌ (pintu-pintu) نَوَافِذُ (jendela-jendela)
B.     Apabila tidak terdapat ciri muannats dan tidak tercakup dalam isim muannats seperti di atas, maka isim tersebut adalah Mudzakkar.
2. Isim Berdasarkan Jumlah Benda

Berdasarkan jumlah bendanya isim dibagi menjadi tiga, yaitu isim mufrod, isim mutsanna dan isim jamak. Isim mufrod adalah isim yang jumlah bendanya satu satuan (satu biji, satu helai, satu pohon dan sebagainya), biasanya ditandai dengan dhommah, fathah, kasroh. Isim mutsanna adalah isim yang jumlah bendanya dua satuan. Tanda khas yang mudah diketahui dari isim ini adalah akhirannya …َانِatau …َيْنِ untuk mudzakkar dan تَانِ atau تَيْنِ untuk muannats. Isim jamak adalah isim yang jumlah bendanya lebih dari dua satuan. Isim jamak ini dibagi tiga bagian, yaitu jamak mudzakkar salim (جَمْعُ الْمُذَكَّرِ السَّلِمِ), jamak muannats salim (جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّلِمِ) dan jamak taksir (جَمْعُ التَّكْسِيْرِ).
1.      Isim jamak mudzakkar salim berasal dari isim mudzakkar mufrod dan rangkaian hurufnya tidak ada yang diubah hanya ditambah (ـُوْنَ) atau (ـِيْنَ) di akhirnya.
Contoh : مُسْلِمُوْنَ atau مُسْلِمِيْنَ berasal dari مُسْلِمٌ
2.      Isim jamak muannats salim berasal dari isim muannats mufrod dan rangkaian hurufnya tidak ada yang dirubah hanya ta’ marbuthoh di akhir kata yang menjadi ciri isim muannats dipisahkan dulu dengan menambah alif mati menjadi ـَاتٌ atau ـَاتٍ.

3.      Isim jamak taksir dapat berasal dari isim mudzakkar mufrod atau isim muannats mufrodah, akan tetapi rangkaian hurufnya terjadi pemecahan baik ditambah atau dikurangi. Isim ini tidak memiliki aturan dan tanda khas, sehingga harus dihafal.
Contoh : اَبْوَابٌ berasal dari بَابٌ , نَوَافِذُ berasal dari نَافِذَةٌ
3.Berdasarkan Terdefinisi (Khusus) atau Tidak Terdefinisi (Umum)
Berdasarkan umum dan khususnya isim dibagi menjadi dua, yaitu isim nakiroh (umum) dan isim ma’rifat (khusus).
1.      Isim nakiroh ditandai dengan adanya tanwin ( ـًـ ، ــٍ ، ــٌ )
Contoh : هُدٌى ، كِتَابٌ
2.      Isim ma’rifat mencakup tujuh jenis, yaitu :
  • Isim yang diawali dengan Al (لا)
Contoh : الهُدَى ، الكِتَابُ
  • Isim dhomir (kata ganti)
  • Isim isyaroh (kata tunjuk)
  • Isim maushul (kata sambung)
  • Isim alam (nama)
  • Isim munada (yang dipanggil)
  • Isim idhofat (yang disandarkan)



Masing-masing jenis isim tersebut, akan dibahas berikut ini.
3.      Isim Dhomir
Kata ganti ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk menggantikan isim tertentu.
Berdasarkan penampakkannya dalam tulisan, isim dhomir dibagi dua, yaitu isim dhomir bariz (tampak dalam tulisan) dan isim dhomir mustatir (tidak tampak dalam tulisan). Pada bab ini hanya dibahas isim dhomir bariz, sedangkan isim dhomir mustatir dibahas setelah membahas kalimat sempurna.
Isim dhomir bariz dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu isim dhomir bariz muttashil (tersambung dengan kata lain) seperti : لَكُمْ = كُمْ + لَ  dan isim dhomir bariz munfashil (berdiri sendiri) seperti : اَنْتَ ، هُوَ
4.      Isim isyaroh ( اِسْمُ الاِشَارَةِ )
Kata tunjuk digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk menunjuk isim-isim tertentu.
Kata tunjuk ini berbeda sesuai dengan Ietak isim yang ditunjuk serta jenis dan jumlahnya. Perbedaan kata tunjuk ini antara isim dekat (qorib) dengan jauh (ba’id) yaitu ha tanbih ( هَـ ) di awal untuk qorib dan adanya dhomir mukhotob di akhir untuk isim ba’id ( كُمَا ، كَ atau كُمْ ). Selain isim isyaroh ada yang dikaitkan dengan letak, jenis dan jumlahnya, ada juga isim isyaroh yang dikaitkan dengan letaknya saja.
Seperti : هُنَا ، هُنَاكَ ، هُنَالِكَ

5.      Isim Maushul ( اِسْمُ الْمَوْصُوْلِ )
Isim maushul ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk mengkhususkan suatu isim tertentu dengan kalimat yang ada sesudahnya.
Selain isim maushul yang digunakan untuk menghubungkan isim berdasarkan jenis dan jumlahnya, ada pula isim maushul yang sifatnya umum (tidak dilihat mudzakkar atau muannats-nya) yang digunakan untuk yang berakal atau yang tidak. Yaitu مَا (apa-apa, apa saja) digunakan untuk isim yang tidak berakal (اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِغَيْرِ اِلْعَاقِلِ ) dan مَنْ (siapa saja/barang siapa) digunakan untuk isim yang berakal ( اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِِلْعَاقِلِ ).
 

6.      Isim Alam ( اِسْمُ الْعَلَمِ )
Isim alam adalah isim yang digunakan untuk nama tertentu tanpa membutuhkan penjelasan. Isim ini ma’rifat karena setiap nama menunjukkan isim tertentu. Pada bagian ini akan dikhususkan pada kata yang digunakan untuk nama manusia. yang dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
  • Isim khos (nama asli)
Contoh : عَائِشَةُ ، عُمَرُ
  • Kunyah ( كُنْيَةٌ ) : julukan
Adalah nama yang diawali dengan kata : اِبْنٌ ، اُمٌّ ، اَبٌdan بِنْتٌ
Contoh : اُمُّ الْمؤمنين ، اِبْنُ الْخَطَّابِ ، اَبُوْ حَفْصٍ dan lain-lain.
  • Laqob ( لَقَبٌ ) : gelar
Diberikan khusus kepada orang-orang yang mempunyai kelebihan dalam suatu perkara.
Contoh : الصِّدِّيْقُ ، الرَّشِيْدُ ، الفَارُوْقُ dan lain-lain.

7.      Isim Munada ( اِسْمُ الْمُنَادَى )
Adalah isim yang berada setelah huruf nida. Isim ini menjadi ma’rifat karena setiap objek yang diseru. pasti telah tertentu dan diketahui oleh si penyeru. Huruf nida terdiri dari huruf nida untuk dekat, untuk jauh dan untuk dekat dan jauh.
Isim munada dibagi lima, yaitu : mufrod alam, nakiroh maqsudah, mudhofan, sibhul mudhof, nakiroh ghoiru maqsudah dan khusus lafdzul jalalah. Pada bagian ini hanya dibahas tiga jenis isim munada yang banyak dijumpai dalam Al-Qur’an atau bacaan sehari-hari, yaitu isim munada mufrod (satu kata), munada mudhofan dan isim munada khusus lafdzul jalalah.
  • Isim munada mufrod
Yaitu isim munada yang terdiri dari satu kata bentuknya nakiroh, akan tetapi tidak boleh pakai tanwin setelah diawali huruf nida. Tanda akhirnya tetap rofa (salah satu tandanya dhommah).
Contoh : يَا مُسْلِمُ

  • Isim munada mudhofan
  • Isim munada yang berbentuk idhofah (disandarkan). Tanda akhir untuk kata yang disandarkan adalah nashob (salah satunya fathah).
Contoh : يَا رَسُوْلَ اللهِ
Kadang-kadang huruf nida dapat dibuang jika berbentuk do’a
seperti : يَا رَبَّنَا menjadi رَبَّنَا
  • Isim munada khusus lafdzul jalalah (اَللهُ)
Sebenarnya termasuk isim munada mufrod, akan tetapi isim munada ini ada pengkhususan yaitu : bentuknya ma’rifat يَا اَللهُ dan huruf nida bisa diganti dengan huruf mim yang bertasydid ditarik di akhirnya yaitu : اَللّهُمَّ
Catatan :
Apabila isim munada mufrod dalam bentuk ma’rifat baik dengan ” لا ” ataupun isim maushul, maka setelah يا tidak dapat langsung tersambung dengan isim tersebut, tetapi harus diselingi dengan lafadz اَيُّهَا (untuk isim mudzakkar) dan اَيَّتُهَا (untuk isim muannats).
Contoh : يَااَيَّتُهَا النَّفْسُ ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ
8.      Isim Idhofat (kata yang disandarkan) ( اِسْمُ اْلإِضَافَةِ )
Penyandaran (idhofat) ini hanya terjadi antara dua isim (tidak fiil dan tidak juga huruf) Isim yang pertama yang disandarkan disebut mudhof ( مُضَافٌ ) sedangkan isim yang disandari disebut mudhof ilaihi (مُضَافٌ إِلَيْهِ ), yang merupakan isim ma’rifat adalah isim yang menjadi mudhof, sedangkan yang menjadi mudhof ilaihi dapat ma’rifat dapat pula nakiroh tergantung bentuknya. Yang perlu dipahami bahwa mudhof ilaihi itu tidak boleh kata sifat, dan bentuknya tetap majrur (salah satu tandanya kasroh).
Sedang ketentuan untuk mudhof adalah :
  • Tidak boleh ada ” لا “
  • Tidak boleh tanwin
  • Apabila isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim, nun yang berada di akhirnya dibuang.
Contoh :    رَسُوْلُ اللهِ            = اللهُ + رَسُوْلٌ
وَالِدَيْهِ                 = ـهِ + وَالِدَيْنِ
بَنِيْ اِسْرَائِيْلَ         = اِسْرَائِيْلَ + بَنِيْنَ

  1. Berdasarkan Huruf Akhir dan Sakal (tanda) Akhirnyassss
Berdasarkan huruf akhir dan sakal akhirnya isim dibagi 4 jenis, yaitu isim shohih akhir, isim mu’tal akhir, asmaul khomsah dan isim ghoiru munshorif.
  1. Isim shohih akhir ini sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, terdiri dari isim mufrod, mutsanna, jamak taksir, jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim.
  2. Isim mu’tal akhir artinya isim yang huruf akhirnya berupa huruf illat yaitu alif mati atau ya’ mati ( ىْ atau يْ ). Jika akhirnya alif mati disebut isim maqshur ( الاِسْمُ المَقْصُوْرُ ) seperti : مُوْسَى ، هُدَى , dan jika akhirnya ya’ mati disebut isim manqus ( الاِسْمُ المَنْقُوْصُ ) seperti : الهَادِيْ ، القَاضِيْ
  3. Asmaul khomsah (isim yang lima) adalah isim yang jumlahnya lima buah, yaitu :  اَبٌ ، اَخٌ ، حَمٌ ، فُ ، ذُ .
Kelimanya memiliki kesamaan bentuk yaitu diakhiri dengan wawu jika rofa’ seperti : اَبُوْكَ ، اَخُوْكَ ، حَمُوْكَ ، فُوْكَ ، ذُوْ مَالٍ
Diakhiri dengan alif jika nashob, seperti : اَبَاكَ ، اَخَاكَ ، حَمَاكَ ، فَاكَ ، ذَا مَالٍ
Diakhiri dengan ya’ jika majrur, seperti : اَبِيْكَ ، اَخِيْكَ ، حَمِيْكَ ، فِيْكَ ، ذِيْمَالٍ
9.      Isim ghoiru munshorif (isim yang tidak menerima tanwin).
Ada beberapa isim yang tidak ber ” لا ” dan bukan sebagai mudhof, akan tetapi tidak dapat menerima tanwin. Isim semacam ini disebut isim ghoiru munshorif. Yang termasuk isim ghoiru munshorif adalah :
  • Sebagian besar nama orang yang bukan bentukan dari kata lain, seperti :  فَاطِمَةُ ، عُثْمَانُ ، عُمَرُ dll.
  • Shighot muntahal jumuk ( صغة منتهى الجموع ), bentuk jamak yang sama dengan مَفَاعِلُ dan مَفَاعِيْلُ, seperti : مَسَاجِدُ
  • Mengandung alif ta’nits mamdudah ( الف التأنيث الممدودة ) seperti : صَحْرَاءُ ، سَوْدَائُ ، حَمْرَاءُ






Rabu, 09 Mei 2012

kekuatan love

Cinta tidak dapat didefinisikan dengan kata – kata. Manusia hanya bisa memahami dengan mengalami dan merasakannya. Merasakan kekuatannya yang maha dahsyat. Kekuatan yang mampu membuka yang tertutup, mengubah gelap menjadi terang, duka menjadi suka, sedih menjadi senang dan sengsara menjadi bahagia. Saya sungguh terkesan dengan beberapa kisah yang menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan cinta. Baik itu cinta seseorang kepada pekerjaannya, kepada kotanya, kepada pasangannya, kepada keluarganya, kepada sesama manusia yang muaranya adalah satu; Cinta kepada Tuhan. Saya coba merangkum dari beberapa sumber :
- Di Jepang, ada kisah seekor kadal yang tak bisa kemana – mana selama lebih dari 10 tahun. Dia terperangkap di sebuah ruang kosong diantara dinding karena salah satu kakinya tertusuk paku yang menancap saat rumah itu dibuat. Dia tetap hidup karena si kadal lain, pasangannya, dengan kekuatan cintanya selalu datang tiap hari untuk membawakan makanan. Akhirnya ada manusia yang menemukannya saat mau merenovasi rumah dan melepaskan kadal tersebut.
- Kisah Pak Sariban, yang begitu mencintai kota Bandung sehingga setiap pagi rela bersepeda mengelilingi kota, membersihkan sampah dan mencabuti paku – paku di pohon. Meski banyak yang mencibir dan mengolok-olok sebagai orang kurang waras, kekuatan cinta tidak membuat beliau surut.
- Anda mengenal David Lloyd George, salah seorang perdana menteri Inggris tahun 1916 - 1922? Saat beliau masih bayi, Ibunya rela mengorbankan nyawa demi dirinya. Mereka terperangkap di tengah badai salju di Wales, pada akhir tahun 1863. Sang Ibu menanggalkan baju mantel untuk membungkus si bayi agar tidak kedinginan. Kemudian dengan badannya, dia melindungi si bayi dari serangan salju sehingga saat badai berlalu, si bayi selamat meski sang ibu tewas kaku kedinginan.
- Kisah Bethania Eden, yang memilih tetap menikahi kekasihnya yang selamat dari kecelakaan pesawat sekalipun mengalami luka bakar yang serius. Meski secara fisik wajah kekasihnya berubah menjadi menakutkan, ngga ada kuping, ngga punya kelopak mata, cuping hidung tinggal sebelah. Toh kekuatan cinta mampu membuka mata hati mbak Bethania untuk tetap memegang komitmen untuk menikah.
- Kekuatan cinta seorang bapak dari Ronny Pattinasarani, mantan bintang sepakbola nasional, yang rela mengorbankan segalanya, harta, waktu bahkan pekerjaan demi mengentaskan dua anaknya dari kecanduan narkoba.
- Siapa yang tidak mengenal Bunda Teresha. Cintanya kepada Tuhan diwujudkan secara horizontal dengan menolong umat manusia yang menderita di Calcutta. Ketika ada yang pesimis karena tidak tersedianya peralatan medis yang memadai, beliau berkata,” Saya akan merawat mereka dengan cinta kasih.”
Masih banyak lagi kisah - kisah tentang dahsyatnya kekuatan cinta sejati. Cinta yang murni, tidak terkotori oleh ego, ambisi, pandangan sempit dan kepentingan pribadi. Cinta yang mampu menggugah hati, menuntun langkah, menggerakkan tangan untuk melakukan sesuatu dengan tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan balasan. Anda tentunya pernah mengalami juga bukan? Berbagilah!
Saya bermimpi para pemegang kekuasaan di negeri ini mau membuat kebijakan berdasarkan cinta sejati kepada rakyat, bukan ‘cinta semu’ kepada harta, jabatan dan kepentingan politik. Mungkin negeri ini bisa lebih Toto tentrem Kerto Raharjo. Bukan seperti sekarang ini, dimana sudah 62 tahun (mengaku) merdeka namun rakyat masih menjerit akibat kenaikan harga bahan pokok seperti terigu dan kedelai.